Secara umum penyakit dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang tidak normal dari tubuh yang menyebabkan ketidaknyamanan. Untuk menyembuhkannya penyakit biasanya menghubungi dokter.
Baik, di sini saya tidak akan membahas mengenai berbagai macam penyakit berikut obatnya. Karena saya bukan dokter dengan segudang resep yang siap menjawab seputar kesehatan. Namun, di sini saya membahas seputar penyakit yang sering menjangkiti para penulis, terutama penulis pemula dan orang yang hendak memulai langkah menulis karya perdananya berikut jalan keluarnya.
Penyakit pertama yang paling sering menjangkit diri penulis adalah takut ditolak. Sebenarnya perkara kemungkinan ditolak tidak hanya terjadi pada penulis saja, tetapi pada yang lain. Misalnya, seorang yang melamar pekerjaan, seorang laki-laki yang melamar perempuan, dan lain sebagainya. Begitu pun dengan menulis. Ada kemungkinan naskah kita diterima atau ditolak. Semuanya 50:50.
Lalu, bagaimana caranya supaya tidak terbayang-bayang ketakutan akan ditolak? Hanya satu jawabannya, tulis karya sebanyak-banyaknya lalu kirim ke berbagai tempat. Sambil menunggu nasib karya Anda, Anda dapat terus menulis untuk menghasilkan naskah baru lalu dikirimkan. Begitu seterusnya. Dengan begitu ketakutan Anda akan naskah yang ditolak semakin berkurang atau habis sama sekali. Karena Anda memiliki banyak cadangan naskah di tempat-tempat atau penerbit-penerbit lain.
Kebanyakan penulis suka baper (bawa perasaan). Inilah cikal bakal lahirnya sikap minder atau tidak percaya diri. Ada teman saya yang sudah menyelesaikan naskahnya, tetapi tidak mau menawarkan atau menerbitkan naskahnya. Jangankan menawarkan, saya ingin membaca dengan perjanjian tidak akan terjadi pembajakan saja, ia menolaknya dengan alasan malu. Kalau naskah tidak boleh dibaca, mengapa ditulis?
Tetaplah menulis walau berstatus baru memulai. Asma Nadia, Tere Liye, Andrea Hirata, Habiburrahman El Shirazy, dan beberapa penulis terkenal lain tidak serta merta menjadi penulis hebat seperti sekarang. Mereka juga mengalami yang namanya titik awal atau memulai mencoba menulis. Hanya saja mereka lebih dulu memulai ketimbang kita.
Tidak alasan untuk tidak percaya diri. Karena setiap penulis itu memiliki masing-masing karakter tulisan yang unik. Jika ternyata ada satu yang mencemooh, maka yakinlah akan ada orang lain yang memuji karya Anda.
Ditolak? Biasa saja. Tere Liye naskah pertamanya juga diitolak, bahkan novel pertamanya yang sudah diterbitkan mati atau tidak laku. Masih ada alasan untuk tidak percaya diri?
Tidak ada manusia hidup yang tidak terlepas dari masalah. Termasuk dalam dunia kepenulisan. Hanya saja, tinggal kita lagi bagaimana menyikapinya. Karena sesungguhnya masalah yang menimpa kita kita mampu menghadapinya.
Kebanyakan penulis suka membesar-besarkan masalah. Ditolak sekali saja beritanya sudah heboh sampai ke penjuru negeri. Melihat target menulis ratusan halaman saja sudah menganggap seolah hendak menganggat Gunung Everest. Ada juga penulis yang mempermasalahkan bakat. Tidak punya bakatlah. Mengenai hal ini saya ingin bertanya. Bisa membaca dan menulis, kan? Belajar menulis sejak SD atau bahkan TK, kan? Jadi, intinya kita semua bisa menulis. Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dan masalah seputar kepenulis adalah batu loncatan atau gemblengan bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas tulisan kita.
Ketakutan penulis yaitu dikatakan jelek oleh orang lain. Jangankan dikatakan jelek, ketika ia menyodorkan tulisan lalu orang lain tidak membacanya saat itu juga saja langsung jatuh mentalnya. Padahal, kan belum sempat. Lalu, bagaimana jika ada yang mengatakan tulisan kita jelek? Ya, dengarkan dan abaikan. Anggap saja anjing yang keselek tulang. Hehe. Kalau menggonggong masih terhormat. Selain itu, ada juga cara yang bisa membuat Anda kembali percaya diri ketika orang lain menyatakan tulisan Anda jelek. Jawab saja, “Iya, tulisan saya jelek. Tulisanmu mana? Biar saya bisa belajar dari sana. Kan tulisanmu tidak jelek (bagus).” Ketika mereka hanya diam tanpa bisa menjawab, berarti Anda lebih unggul dari mereka karena Anda sudah memulai langkah positif, yaitu menulis.
Seorang penulis harus gigih dan pantang menyerah. Tidak ada seorang penulis yang serta merta mendapatkan gelar penulis. Semua butuh proses. Namun, proses menuju jalan menjadi penulis hebat tidak sesulit yang dibayangkan.
Sebagai seorang penulis, satu yang perlu dicatat, yaitu teruslah berusaha. Tidak ada kata berhenti untuk terus berusaha, hingga Anda benar-benar menjadi penulis yang hebat dan terkenal. Yang paling penting adalah usaha.
So, jangan pelit berusaha. Berusaha sedikit tapi mengharapkan hasil yang banyak. Boleh berharap hasil yang banyak dan besar, tetapi harus dibarengi dengan usaha yang besar atau banyak juga. Karena apa yang dihasilnya biasanya berbanding lurus dengan apa yang diusahakannya.
Demikian penyakit-penyakit para penulis berikut obatnya. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba mengaplikasikan ilmunya.
Cover yang Menarik – Beberapa hari lalu saya menemani adik saya ke tokoh buku untuk mencari buku refrensi yang memuat tentang teori yang digunakan dalam penelitian skripsinya. Merasa bosan dengan pemandangan yang hanya menyuguhkan buku-buku berisikan teori serius, saya pun... Selengkapnya
Antara Indie dan Mayor – Pernahkah kamu mendengar orang-orang menyeburkan antara penerbit mayor dan indie? Apalagi seseorang yang memang suka menulis dan bermimpi untuk menerbitkan buku. Pasti orang-orang seperti ini sibuk membicarakan antara mayor dan indie. Nah, jika kalian masih... Selengkapnya
Semangat berkarya para penulis. Anda semua pasti penulis kan. Entah nulis sms, status, blog, email, buku harian, dan apapun yang kamu tulis, berarti kamu penulis. Lebih keren lagi kalau bisa menulis buku sendiri. Entah itu novel, cerpen, buku motivasi, buku... Selengkapnya
Belum ada Komentar untuk Penyakit Yang Menghambat Keberhasilan Penulis Pemula