Panduan Menulis Cerpen Yang Baik dan Benar – Cerita pendek atau yang biasa disebut cerpen merupakan salah satu karya sastra berbentuk prosa, berisikan karangan naratif fiktif yang dapat dibaca sekali duduk. Jumlah kata di dalam cerpen relatif sedikit, dengan maksimal 10.000 kata atau kurang dari 10 halaman. Cerpen memuat tentang kisah hidup manusia yang diceritakan secara ringkas, cenderung padat, dan langsung pada tujuannya. Isi cerpen umumnya hanya mengisahkan satu permasalahan yang dialami oleh satu tokoh pada situasi tertentu yang penuh konflik, peristiwa, dan pengalaman.
Cerpen mulai muncul pada tradisi penceritaan lisan oleh Homer dengan kisah-kisah terkenal seperti Iliad dan Odyssey yang disampaikan dengan puisi berirama. Irama di dalam puisi itu berfungsi sebagai pengingat agar pendengar dapat memahami setiap bagian kisah yang diceritakan. Keseluruhan dari kisah yang diceritakan tersebut baru akan terlihat apabila semua bagian cerita telah disampaikan.
Setelahnya, fabel yang berupa cerita rakyat dengan berbagai pesan moral di dalamnya mulai berkembang. Konon, fabel dianggap sebagai hasil temuan seorang budak Yunani yang bernama Aesop pada abad ke-6 SM. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa terkait definisi lain dari istilah fabel. Dalam khazanah Sastra Indonesia, fabel sering kali diartikan sebagai cerita binatang yang mana pemeran (tokoh) utama di dalam cerita jenis ini adalah binatang. Cerita-cerita fabel yang populer contohnya adalah Kisah Si Kancil dan sebagainya.
Jenis cerita yang berkembang setelahnya meliputi sage, legenda, dan mite. Sage merupakan salah satu jenis cerita lama yang membahas tentang keberanian, kepahlawanan, kesaktian, dan keajaiban seseorang, contohnya seperti cerita Si Pitung, Ciung Wanara, Panji, Calon Arang, dan lain-lain. Sedangkan legenda merupakan prosa rakyat yang merupakan kejadian yang benar-benar terjadi misalnya asal-usul terjadinya suatu tempat, contohnya Legenda Roro Jonggrang (Candi Prambanan), Legenda Danau Toba, Legenda Surabaya, dan masih banyak lagi. Berbeda dengan sage dan legenda, mite atau yang juga biasa dikenal dengan nama mitos merupakan kisah-kisah tradisional, berlatarkan masa lampau, berisikan penafsiran alam semesta, dan dianggap nyata dikalangan masyarakat tertentu. Contoh mite yaitu Nyi Roro Kidul, Joko Tarub, Dewi Nawang Wulan, dan lain-lain.
Baca juga : Cara Menyajikan Tokoh Dalam Cerita Agar Menarik Pembaca
Pada masa kekaisaran Romawi, bentuk kuno lain dari cerita pendek yakni cerita anekdot. Anekdot merupakan sebuah cerita realistis yang singkat dan menghibur, juga terdapat muatan kritik di dalamnya. Anekdot tetap populer hingga abad ke-18 di Eropa, ketika karya Sir Roger de Coverley yang berisikan surat-surat yang berisi anekdot diterbitkan.
Di Yunani, sekitar 500 SM, cerpen klasik berupa fabel mulai beredar di masyarakat tetapi baru ditulis dengan rapih pada abad ke-2. Abad ke-8, lahir serial cerpen lisan klasik bertema romantik 1001 Malam yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1704 dalam bentuk buku di Prancis. Di Prancis, lahirnya cerpen dipelopori oleh Maupassant yang terhimpun dalam buku kumpulan berjudul Contes du jour et de la nuit (1885). Dari buku itu, salah satu cerpen yang mendunia berjudul The Neckale. Sejak itulah, cerpen dipublikasikan di berbagai media cetak, khususnya majalah sastra dan mulai dikenal masyarakat luas sehingga lahirlah cerpen-cerpen modern yang saat ini begitu diminati dikalangan pecinta literasi.
Di abad ke-19 cerpen mulai berkembang pesat, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga Eropa. Pertengahan abad ke-20, permintaan cerita-cerita pendek oleh majalah mencapai puncaknya. Namun, pada tahun 1952 majalah Life menerbitkan cerita yang panjang (novella) yang laku 5.300.000 eksemplar hanya dalam dua hari. Sejak itulah, cerpen mulai kurang diterbitkan oleh majalah komersil, meskipun sering dimuat dalam majalah terkenal seperti The New Yorker.
Meski begitu, hingga saat ini pun majalah-majalah sastra tetap memberikan tempat kepada cerita-cerita pendek. Melalui perkebangan teknologi, saat ini cerita-cerita pendek menemukan tempat-tempat baru dalam majalah online, sosial media, kumpulan-kumpulan yang diorganisir menurut pengarangnya ataupun temanya, dan dalam blog.
Sesuai dengan namanya, cerpen disampaikan secara singkat, padat, dan tidak terlalu rinci serta kata yang digunakan pun sangat ekonomis. Panjang pendeknya sebuah cerpen ditentukan oleh jumlah kata dan singkatnya penyajian cerita. Umumnya, panjang cerpen berkisar antara 3-10 halaman sehingga dapat dibaca dalam sekali duduk.
Pembahasan yang ada di dalam cerpen biasanya di dapatkan dari pemikiran-pemikiran imajinatif sang penulis yang di dapatkan dari proses khayal. Selain itu, sang penulis biasanya juga memasukan unsur kejadian nyata berdasarkan pengalaman pribadinya dalam tulisan dengan penggambaran yang mampu dicapai oleh imajinasi pembaca.
Ada yang berpendapat, jumlah kata yang digunakan di dalam cerpen berkisar antara 500 – 5000 kata. Namun, dalam definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia jumlah kata di dalam cerpen maksimal hanya 10.000 kata.
Diksi atau pilihan yang terdapat di dalam cerpen haruslah kata-kata yang gampang dipahami atau kata-kata yang kerap digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk menghemat penggunaan kata. Meski begitu, diksi yang tinggi juga boleh digunakan berdasarkan ciri khas dari tulisan fiksi.
Ciri lain dari cerpen yakni memiliki alur yang tunggal atau memiliki satu jenis alur saja.
Bisa itu alur maju ataupun mundur yang tidak memiliki pengembangan cerita yang bertele-tele. Penokohan yang digambarkan di dalam cerpen pun terkesan sederhana dan hanya fokus pada satu tokoh sehingga tokoh-tokoh penunjang lain yang juga terdapat di dapat cerita itu tidak perlu dijabarkan.
Meski terkadang, cerita yang disuguhkan di dalam cerpen berdasarkan imajinasi yang dituangkan berdasarkan imajinasi yang terdapat di dalam pikiran-pikiran pengarang namun hal tersebut tidak akan lepas dengan masalah dari kehidupan sehari-hari. Itulah kenapa cerpen selalu berkaitan erat dengan peristiwa di dalam kehidupan.
Di dalam sebuah cerpen terdapat kesan yang mendalam sehingga pembaca dapat merasakan kisah yang ada di dalamnya, serta intisari yang berupa pesan-pesan positif yang beupa pesan moral yang dapat dipetik dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Baca Juga : Penggunaan Gaya Bahasa Yang Menarik Dalam Cerpen
1. Fungsi Rekreatif: Cerpen dapat dijadikan sarana menghibur yang menimbulkan kesan mendalam bagi para pembaca.
2. Fungsi Estetis: Fungsi ini berhubungan dengan nilai estetika atau keindahan sehingga dapat memberikan rasa puas bagi para pembaca setelah menyelesaiakan cerita yang ia baca.
3. Fungsi Didaktif: Cerita yang terdapat di dalam cerpen mampu memberikan pembelajaran atau pendidikan bagi para pembaca.
4. Fungsi Moralitas: Di dalam cerpen terdapat pesan-pesan yang moral yang berfungsi untuk mendidik para pembaca untuk mengetahui hal-hal yang baik atau buruk berdasarkan cerita yang terkandung.
Cerpen juga berisikan pembelajaran yang relegius yang dapat dijadikan contah baik untuk para pembaca.
Struktur cerpen merupakan langkah-langkah ataupun tahap-tahap yang membentuk narasi kisah di dalam cerpen. Struktur pada cerpen ini mirip sekali dengan struktur yang ada di dalam teks narasi. Akan tetapi, jika dilihat berdasarkan persfektif intrinsik, maka struktur cerpen sangat berkaitan dengan alur di dalam cerpen.
Abstrak merupakan gambaran awal yang membahas pristiwa, situasi, dan unsur lain di dalam cerpen. Tahapan abstrak ini bisa dikatakan sebagai ide kasar penulis, tujuannya untuk mengundang rasa penasaran para pembaca. Untuk itu, dalam menulis cerpen diharapkan agar memberikan pengembangan abstrak yang baik supaya dapat mengundang pembaca untuk tertarik membaca cerita selainjutnya. Sebaliknya, jika abstrak yang dibaca pertama kali oleh pembaca sudah membosankan, otomatis mereka tidak akan berminat untuk membaca kelanjutan cerita yang buat. Pada tahapan struktur ini bersifat optional, artinya boleh ada di dalamcerrita namun juga boleh tidak.
Orientasi merupakan pengenalan setting dan latar cerita baik segi waktu, tempat maupun suasana. Selain itu, tahapan struktur ini berfungsi untuk memulai tanda-tanda pengantar, mengatur adegan yang berbeda, perkenalan tokoh, dan menjelaskan hubungan antar tokoh.
Komplikasi merupakan awal konflik mulai bermunculan. Konflik yang dibahas berupa masalah, pertentangan, dan kesukaran-kesukaran lain yang menghalangi tokoh. Urutan kejadian yang terdapat di dalam konflikasi ini berhubungan dengan sebab-akibat konflik terjadi. Untuk itu, dalam tahapan ini karakter dan watak tokoh biasanya lebih terlihat.
Pencapaian konflik ini berhubungan dengan berbagai masalah yang terjadi, peristiwa yang menantang, perbedaan pendapat, dan kesukaran yang terus berkembang dan hampir mencapai puncaknya.
Puncak konfilik merupakan bagian cerita yang paling mendebarkan dan masalahan yang mencapai batasnya. Struktur ini adalah bagian yang paling mendebarkan. Biasanya, plot yang terjadi pada bagian ini berisikan keberhasil ataupun kegagalan tokoh, serta perubahan nasib dari tokohnya baik itu yang dibahas itu tokoh antagonis dan protogonis.
Evaluasi merupakan tahap dari penyelesaian konflik. Dalam tahapan ini, konflik pada cerita mulai mendapatkan solusi dan penyelesaian serta menuju pada tahap akhir. Pada fase struktur ini biasanya dapat mengantarkan pembacanya pada tahap akhir dianggarkan konflik bisa berhasil dihentikan sesuai keinginan atau tujuan tokoh utama. Biasanya evaluasi ini adalah konflik atau masalah lain yang telah terjadi sejak solusi diperkenalkan.
Tahapan struktur ini berisikan penjelasan dan evaluasi akhir dari cerita. Dalam bagian ini berisikan sikap atau variasi nasib yang dialami oleh tokoh. Bagian ini merupakan akhir atau penyesaian konflik secara utuh.
Koda adalah penutup ataupun akhir dari seluruh pembahasan cerita. Dalam tahapan struktur ini berisikan nilai dan pembelajaran berdasarkan makna yang diserap di dalam teks cerpen yang dibaca. Koda juga memuat pesan dan amanat yang menjadi intisari yang bisa dipetik pembaca dan juga interpretasi penulis mengenai kisah yang disampaikan. Struktur ini juga bersifat optional karena tidak semua cerpen memiliki koda, apalagi cerita serius yang bersifat tidak ingin menggurui dan membebaskan pembaca untuk menyimpulkan sendiri.
Baca Juga : 3 Manfaat Menulis Secara Umum
Terdapat dua unsur yang membangun cerpen, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik:
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun dari dalam karya sastra, diantanya yaitu:
Tema merupakan pokok pikiran yang mendasari jalannya cerita. Juga dapat diartikan sebagai gagasan pokok yang menjalin persoalan, peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu cerpen. Tema bersifat general yang bisa diadopsi dari lingkungan sekitar, imajinasi maupun kish pribadi penulis, permasalahan dimasyarakat, sejarah, perjuangan, dan lain-lain.
Alur merupakan rangkaian pristiwa yang terdapat di dalam cerita. Rangkaian cerita ini memiliki hubungan sebab-akibat sehingga dapat membentuk suatu kesatuan. Tahapan alur termasuk ke dalam struktur dari cerpen yaitu, abstrak, orientasi, resolusi, komplikasi, pencapaian konflik, puncak konflik, resolusi, koda.
Alur terdiri atas 3 macam:
Latar berisikan tempat, waktu, lingkungan dan keadaan budaya serta sosial yang melatarbelakangi terjadinya kisah di dalam cerpen.
Latar yang dibahas di dalm cerpen umunya ada tiga bagian, yaitu:
Tokoh merupakan pemain atau seseorang yang bertindak di dalam cerita. Tokoh ini sangat berperan penting di dalam cerita sebab sikap dan perannya berfungsi dalam membentuk cerita. Sedangkan penokohan adalah karakter atau watak dari tokoh yang diceritakan dalam cerpen.
Penokohan dalam cerita terdiri atas 3, yaitu:
Sudut pandang berhubungan dengan pandangan utama yang merupakan strategi pengarang dalam menyampaikan ceritanya.
Sudut pandang terdiri atas 2, yakni:
Nilai estetis di dalam karya sastra terdapat pada gaya bahasa. Gaya bahasa di dalam cerpen berfungsi untuk memberikan kesan yang lebih menarik, berbentuk majas-majas untuk merefleksikan atau mengasosiasiakan, dan makna-makna konotatif untuk memperindah tampilan cerita.
Amanat merupakan pesan moral maupun ajaran positif yang disampaikan penulis kepada pembaca. Pesan moral ini biasanya tidak dituliskan secara langsung melainkan tersirat di dalam pemaknaan cerita yang dapat disimpulkan oleh pembaca itu sendiri.
Unsur ekstrinsik adalah unsur pembangun yang dipengaruhi dari luar karya sastra.
Berkaitan dengan faktor-faktor di dalam lingkungan masyarakat yang mempengaruhi penulis dalam menulis karya cerpennya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi latar belakang masyarakat, yaitu:
Berkaitan dengan faktor yang mendorong dan memotivasi penulis dalam membuat karya cerpen. Unsur ini juga sering dikenal sebagai unsur biografi karena berkaitan erat dengan diri penulis
Faktor-faktor tersebut, meliputi:
Nilai atau norma yang melatarbelakangi dibuatnya cerpen yaitu:
Demikian pembahasan tentang Cerpen Jika dirasa bermanfaat boleh comment dan share artikel ini. Oiya bagi yang punya naskah dan mau diterbitkan boleh menggunakan jasa penerbitan kami Penerbit Elmarkazi
Sistem dalam Menulis Menulis itu susah-susah, gampang. Iya, nggak, sih? Susahnya; banyak kaidah yang harus diikuti. Kaidah ini berhubungan dengan aturan-aturan yang harus dipenuhi saat menulis, baik itu pemakaian tanda bacanya, jenis huruf, akronim, dan masih banyak lagi. Ilmu-ilmu tersebut... Selengkapnya
“BUKU ADALAH JENDELA DUNIA” – Sedari kecil kita sudah akrab dengan benda mati yang memberikan nyawa pada otak ini. Keberadaan buku sungguh tidak diragukan lagi di tengah masyarakat. Buku berisikam pengetahuan-pengetahuan luas yang tentunya sangat bermanfaat bagi para pembaca. Informasi... Selengkapnya
Artikel Berkualitas – Kualitas dan tingkat kepuasan merupakan keinginan dasar bagi setiap orang yang memakai suatu jasa tertentu. Sebab, setiap orang pasti menginginkan sesuatu yang memang baik dan tepat, termasuk seorang pembaca yang sedang mencari informasi tertentu. Secara umum dapat... Selengkapnya
2 Komentar untuk Panduan Menulis Cerpen Yang Baik dan Benar